Kamis, 14 November 2013

Memilih Kesenangan, Mengabaikan Keselamatan



            Di era modern seperti sekarang teknologi sudah sangat berkembang pesat, kalau dulu orang yang mempunyai HP, hanya dimiliki oleh kalangan menengah ke atas, namun di era sekarang teknologi semacam HP sudah bukan menjadi barang mewah lagi karena banyak kita temukan di jalan misalnya tukang becak sudah banyak yang mempunyai HP.
            Banyak anak muda sekarang khususnya para pelajar yang menggunakan HP itu sebagai sarana untuk komunikasi dengan teman-teman, sebagai media pembelajaran, organisasi dan tak sedikit kita temukan anak muda sekarang cenderung menggunakan HP ini untuk berhubungan dengan lawan jenis. Mereka para remaja saat ini telah banyak di sibukkan oleh HP karena mempunyai teman dekat apa lagi lawan jenis. Kebanyakan waktu mereka digunakan untuk menelfon, sms-an, FB-an dan lain sebagainya sehingga melupakan hakekatnya sebagai pelajar.
            KH. Zuhri Zaini pernah berdawuh “orang sekarang cenderung lebih memilih kesenangannya, sementara keselamatannya diabaikan”. Banyak kita temukan contohnya dalam kehidupan sehari-hari, orang kalau sakit itu tentu memerlukan obat agar cepat sembuh. Tapi banyak orang yang takut untuk minum obat, padahal obat itu untuk keselamatan dirinya sendiri. Jika diibaratkan obat itu pahit tapi buahnya manis.
            Banyak kita ketahui para remaja sekarang lebih mementingkan kesenangannya sementara keselamatannya diabaikan. Seakan-akan mereka diperbudak oleh kecanggihan teknologi, padahal teeknologi itu seharusnya digunakan untuk memudahkan kita berkomunikasi dengan baik, belajar melalui internet dengan baik.
            Khususnya untuk di daerah pesantren, kenapa para santri itu dilarang untuk membawa HP ? padahal kebutuhan akan HP itu untuk menghubungi orang tua dan lain sebagainya. Pernah KH. Zuhri menjelaskan bahwa santri itu belum waktunya untuk memegang HP karena masih belum mempunyai kesibukan bak seorang pengusaha. Ketika santri membawa HP, dan itu cenderung mengganggu pada proses belajarnya yang ada di pesantren. Jika kita lebih cerdas lagi, kita akan berpikir bahwa HP untuk para santri itu lebih banyak mudharat (bahaya) dari pada manfaatnya.
Tentu dengan menaati peraturan, ilmu kita akan insyaallah menjadi berkah (semakin hari semakin baik). Teringat dengan sabda nabi “barang siapa yang bertambah ilmunya tapi tidak bertambah amal baiknya, maka ia semakin jauh  dari rahmat Allah”. Semoga Allah selalu membimbing kita pada kebaikan, bisa menjalankan sgala perintahnya dan menjauhi sgala larangannya. Amin. 

Pasangan Hidup Yang Saleh



            Banyak kita temukan anak muda di zaman sekarang yang sudah memiliki hubungan dekat dengan lawan jenis, Bahkan anak SMP sudah banyak yang memiliki teman dekat atau istilah yang kita kenal dengan sebutan pacar. Memang masa muda adalah masa yang paling indah, di mana pada masa muda gelora jiwa sedang menggebu-gebu, penuh pesona, ingin selalu tampil elegan dan dilihat oleh banyak orang. Tetapi di masa muda penuh bahaya apabila salah melangkah maka akan fatal akibatnya.
            Sekarang kita sudah biasa melihat anak muda-mudi jalan-jalan berdua, bahkan mereka jalan-jalanya ke tempat yang sepi, gelap dan sangat memungkinkan untuk terjadi hal-hal yang negative. Misalnya boncengan dengan berpelukan, ciuman, pegang-pegangan dan bahkan lebih dari itu. Teringat dengan sabda nabi “ketika seorang laki-laki berdua-duaan dengan seorang wanita di tempat yang sepi, yang ketiga adalah setan”Tak sedikit dari mereka yang kita ketahui bahwa banyak wanita yang hamil di luar nikah, dan yang lebih parahnya lagi banyak di antara para wanita itu meng-aborsi kandungan yang ada di janinnya agar tidak ketahuan oleh sanak saudara karena rasa malu yang dia miliki, naudzubillah.
            Lemahnya pengetahuan mereka tentang keagamaan juga membuat mereka tidak memikirkan efek ke depannya.Kemudian kurangnya kontrol dari orang tua juga membuat anak-anak muda sangat mudah untuk bergaul dengan siapa saja, misalnya berkenalan di Fb, Twitter dan media sosial yang lain.Anak-anak muda sekarang kurang mengerti hakekat cinta itu sendiri sehingga dengan mudahnya mereka menyatakan cinta, digombalin dan mau untuk diajak berhubungan intim layaknya suami-istri.Padahal banyak kita ketahui dari mereka hanya main-main dalam menjalin suatu hubungan karena kurangnya pengetahuan mereka arti dari sebuah ketulusan, kepercayaan dan amanah yang mereka pikul. Seharusnya ketika kita memiliki hubungan dengan lawan jenis maka kita harus menjaga hubungan itu dengan baik, menjaga amanah dan tentu harus membawa ke arah yang positif.
            Salah satu faktor yang membuat hidup kita bahagia adalah memiliki pasangan yang saleh. Bagaimana cara supaya kita bisa mendapatkan pasangan hidup yang saleh ? Allah berfirman dalam surah An-Nur ayat 26Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)”. Apa yang bisa kita petik dari firman Allah tersebut ? intinya kita harus “ibda’ binafsik” memulai dari diri kita sendiri. Kalau kita ingin memiliki pasangan hidup yang saleh, maka kita harus menjadi pribadi yang saleh terlebih dahulu.
            Bagaimana cara kita menjadi pribadi yang saleh ? yang pertama adalah Eliminasi, yaitu hilangkan pikiran dan perbuatan negatif yang ada di dalam diri kita. Yang kedua adalah Subsitusi, yaitu mengganti pikiran dan perbuatan negative dengan mengisi pikiran dan perbuatan yang positif. Yang ketiga adalah Visualisasi, yaitu proses pengamalan dari hal-hal yang baik yang kita ketahui dan langsung di terapkan dalam kehidupan kita. Kalau dalam ilmu tasawuf sering kita ketahui dengan istilahTakholli (menghilangkan sifat-sifat jelek), Tahalli(menghiasi diri dengan sifat baik), kemudian Tajalli(sampai kepada Allah). Berbahagialah seorang yang memiliki suami dan istri saleh(ah) yang selalu mengajak berbuat kebaikan dan tulus mendampinginya. Karena ketika kita memiliki pasangan hidup yang saleh(ah), insyaallah kita akan selalu di bimbing oleh pasangan kita di jalan yang baik.
            Anas bin Malik meriwayatkan, suatu ketika seseorang menemui Rasulullah dengan menunggangi kuda. Ia tak menambatkan kudanya dan langsung menemui Rasulullah. “aku biarkan kuda itu, aku bertawakkal kepada Allah” kata orang itu. “ikatkan dulu, baru bertawakkal” kata Rasulullah menyanggah. Dalam kisah ini memberikan banyak pelajaran bagi kita semua bahwa kita harus berusaha terlebih dahulu, baru kita bertawakkal kepada Allah. Tentu kita memohon kepada Allah agar kita bisa di beri kekuatan untuk menjalankan sgala perintah-Nya dan menjauhi sgala larangan-Nya, mengontrol diri dalam menjalin suatu hubungan dan intropeksi diri(muhasabah)agar kita bisa membawa diri dan pasangan kita ke arah yang positif. Semoga kita selalu di bimbing-Nya untuk senantiasa berbuat baik. Amin.


Menumbuhkan Akhlak Yang Baik



Dalam kitab Jawahitud Tasawuf  Syaikh Yahya Bin Muadz berdawuh
وكل حالة لم تردان تموت وانت عليهافاحذرها
Setiap keadaan yang anda tidak ingin mati dalam keadaan itu maka jangan lakukan itu.
            Kasus suap pengaturan kuota daging impor kemarin menghebohkan semua orang. Betapa tidak, banyak nama-nama orang yang memiliki kedudukan tinggi terjerat dalam kasus ini. Terlebih lagi banyak melibatkan kaum hawa di dalamya. Para pejabat tersebut rela merogoh kocek dalam-dalam sebagai alasan untuk menyenangkan teman perempuan.
            Ini mengindikasikan kita bahwa orang yang memiliki kedudukan dan orang yang berpendidikan tinggi tidak menjamin memiliki akhlak yang baik di dalam dirinya. Banyak kita temukan contoh kecil dari mereka yang berpendidikan tinggi sering membuang sampah sembarangan. Padahal membuang sampah sembarangan adalah hal sepele yang sering kita remehkan dan akibat membuang sampah sembarangan itu, saat ini terjadi pemanasan global (global warming). Sering kita temukan juga di jalan raya, ketika lampu masih berwarna merah banyak pengguna jalan yang melanggar aturan dengan menerobos jalan padahal waktu lampu merah itu motor dilarang untuk jalan.
            Kenapa hal-hal tersebut sering kita temukan meski mereka sudah mengenyam pendidikan di sekolah ?  ternyata, proses belajar yang harus kita lakukan tidak berhenti sebatas mempelajari sesuatu, tetapi sekaligus belajar untuk mengaplikasikannya. Sering KH. Zuhri Zaini ketika pengajian kitab menasehati para santrinya, beliau berdawuh “ketika kita mempelajari sesuatu hal yang baik, maka langsung amalkan”. Ini menjelaskan tentang belajar untuk mengamalkan. Satu unit pengetahuan yang baik langsung kita amalakan atau aplikasikan, dengan begitu apapun yang kita pelajari harus mementuk pola pikir dan pola sikap kita dalam kehidupan sehari-hari.
            Menjelang rasulullah wafat, beliau setiap hari memberi makan seorang pengemis tua yahudi buta di sebuah pasar. Setiap kali rasulullah memberinya makan dengan menyuapi dan menghaluskan makanan tersebut kemudian diserahkan kepadanya dengan sangat halus, si yahudi ini selalu berkata pada rasulullah “nak, kamu jangan dekat-dekat dengan yang namanya Muhammad. Dia itu pembohong, tukang sihir, pendusta” tapi rasulullah hanya diam tidak memberikan suatu komentar dan juga tidak lantang mengatakan bahwa yang menyuapinya adalah rasul sendiri. Beliau rasul tetap istiqomah memberi makan seorang yahudi buta tersebut hingga wafat.
            Setelah rasul wafat, pengemis tua tersebut merasa sangat kehilangan dengan orang yang setaip hari menyuapinya dengan telaten dan penuh kasih sayang. Suatu saat Abu Bakar, sahabat sekaligus mertua rasul. Beliau bertanya pada putrinya siti aisyah, yang tak lain adalah istri rasul sendiri. Abu Bakar menyanyakan kepada aisyah “amalan sunnah apa yang selalu dikerjakan oleh rasul yang belum aku kerjakan ?”. Aisyah menjawab “ di sebuah pasar ada pengemis yahudi buta dan sudah tua, rasul selalu memberinya makan setiap hari dan setaip rasul meberinya makan, si yahudi tersebut selalu mencaci maki rasul.
Tak lama kemudian Abu Bakar bergegas langsung menuju pasar untuk menemui dan memberi makan si yahudi tersebut. Ketika Abu Bakar menyuapi yahudi tersebut, dengan lantang yahudi buta tersebut membuang makanan yang di kunyahnya seraya berkata “ siapa kau ? kau bukan orang yang tiap hari menyuapiku, tanganmu kasar dan tidak selembut kemarin. Pada saat itu juga Abu Bakar menangis menjerit-jerit karena ingat dengan akhlak yang dimiliki rasulullah. Pengemis yahudi buta itu bertanya, mengapa engkau menangis ? Abu Bakar menjawab “kau tau siap orang yang tiap hari menyuapimu dengan halus, lembut dan penuh kasih sayang ?”. Pengemis itu menjawab tidak tau seraya bertanya siapa orang yang menyuapiku itu ? Abu Bakar menjawab, beliau adalah rasulullah Muhammad. Orang yang selalu perhatian dan penuh kasih sayang selalu menyuapimu dan orang yang sering engkau caci maki. Pada saat itu juga si yahudi buta itu menangis mengingat begitu mulianya akhlak rasulullah, begitu tinggi budi pekerti luhurnya. Saat itu juga si yahudi mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan Abu Bakar. Berkat akhlak yang baik rasulullah pengemis yahudi buta tersebut masuk islam.
Menurut Imam Ghozali, Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran lagi. Akhlak menempati posisi yg penting dalam islam karena ajaran islam selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia. Bagaimana cara menumbuhkan akhlak yang baik dalam diri kita ? tentu ini memerlukan latihan, pertama adalah kita harus membersihkan diri dari sifat-siaft jelek. Kemudian kedua adalah kita harus selalu berusaha membiasakan diri melakukan perbuatan yang baik. Dalam surah Al-Mu’minum ayat 40 Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab”.
            Dawuh KH. Moh. Zuhri Zaini “orang yang ganteng adalah orang berilmu (mencari dan mengamalkan) dan orang yang memilkiki akhlak yang baik”. Orang yang selalu berbuat baik maka akan selalu dalam jaminan Allah dan akan menjadi orang yang bahagia. Kalau orang ingin bahagia maka harus memperbaiki diri, memperbaiki perbuatan dan perkataan (sikap). Agar hidup kita ini menjadi baik,  kalau kita sudah menjadi baik maka kebahagiaan itu akan datang dengan sendirinya tanpa kita mencarinya. Tentu kita harus selalu mohon pada Allah agar senantiasa selalu bisa mengerjakan perbuatan yang baik.

Menanamkan Jiwa Khidmah (Pelayan) Dalam Diri



            Sering kita temukan ketika masih di sekolah, di pesantren atau belajar di perguruan tinggi. Banyak orang yang secara akademik berprestasi tapi ketika berada di sekolah, pesantren atau perguruan tinggi dia kurang berlatih mengabdi (istilahnya hanya memikirkan kepentingannya sendiri). Ketika pulang ke tengah masyarakat dia tidak mempunyai banyak makna karena kurang memberikan kontribusi di masyarakat di sebabkan karena di dalam jiwanya tidak tertanam semangat jiwa berkhidmah, dan itu tidak sedikit.
            Tapi sebaliknya banyak orang ketika di sekolah, di pesantren atau di perguruan tinggi, mungkin dia membagi waktu dan tenaga untuk belajar dengan tekun, dia juga banyak melakukan pengabdian melalui berbagai kegiatan. Mungkin secara akademik dia tidak terlalu berprestasi (biasa-biasa saja). Tapi ketika dia pulang ke tengah-tengah masyarakat, dia banyak memberi manfaat dan kontribusi bagi orang lain karena semenjak berada di sekolah, dia pesantren atau perguruan tinggi dia banyak berkhidmah.
Jika kita membantu suatu pekerjaan orang lain dan dilakukan dengan baik maka akan bernilai ibadah, dalam sabda nabi ”sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain”. Di sekolah, di pesantren maupun di perguruan tinggi merupakan sarana pembelajaran bagi seseorang untuk menanamkan sifat semangat pengabdian (khidmah), ketika pulang ke masyarakat dapat memberi manfaat kepada orang yang lain karena di dalam dirinya sudah terbiasa untuk membantu kegiatan sosial.
Kita sebagai makhluk sosial, tentu tak akan bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Maka dari itu kita harus banyak berinteraksi dengan manusia yang lain, jika diibaratkan dengan ibadah, misalnya ketika kita melakukan sholat fardu berjamaah, belajar bersama maka pahalanya lebih banyak di bandingkan dilakukan secara individu. Ini mengisyaratkan kita bahwa ketika kita melakukan kegiatan secara berjamaah ini akan mendapatkan hasil yang lebih baik, tentu juga ini harus di dasari dengan suatu ilmu.  
Seseorang tentu akan berada di tempat yang terhormat jika dirinya dapat memberi banyak manfaat bagi manusia yang lain. Bagaimana cara kita menanamkan jiwa khidmah di dalam diri kita ? yang harus kita lakukan adalah kita harus memiliki kesalehan secara individu terlebih dahulu, baru setelah kita saleh secara individu itu insyaallah akan timbul dalam dirinya kesalehan sosial. Karena keimanan yang melekat dalam dirinya maka insyaallah juga akan melekat pada kesalehan secara sosial. Tentu kita harus selalu ingat dengan firman Allah dalam surah Al-Zalzalah ayat 6-7 Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan mendapat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan mendapat (balasan)nya pula”. Jika dalam diri kita sudah ingat dengan firman Allah tersebut, karena sadarnya bahwa setiap kebaikan itu akan mendapatkan balasan kebaikan, begitu pula sebaliknya. Maka dalam diri kita insyaallah akan senantiasa selalu berbuat baik kepada Allah, manusia dan makhluk. Dan ini memerlukan latihan secara bertahap untuk sabar dan tabah dalam membentuk menjadi pribadi yang berjiwa khidmah (saleh sosial).
Dalam menjalankan tugas tentu kita harus belajar keikhlasan. Terkadang kita melihat seseorang yang di dalam organisasi atau instansi ada yang kerjanya cuma mau santai-santai saja sehingga maengabaikan tugasnya dalam satuan tugas yang telah diberikan. Dan tak jarang di dalam hati kita terbesit pertanyaan “lho kenapa dia kerjanya hanya santai ? kenapa tidak dia memiliki rasa kepedulian ? kenapa dalam menjalankan tugas kita masih saling menyuruh (saling iri karena kerjanya cuma santai) ? kenapa kok hanya saya yang bekerja sementara yang lain cuma duduk santai ?”. dalam hati kita pasti akan timbul pertanyaan seperti itu dan minsed yang demikian harus kita rubah. Kita harus melihat suatu tugas sabagai bentuk amal ibadah dan sebagai amal saleh. Jika kita sudah berpikir demikian, maka kita akan mudah untuk membantu orang lain. Dalam firman Allah surah Al-Maidah ayat 2 Dan tolong -menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. Ayat tersebut mengindikasikan kepada kita untuk saling membantu dalam kebaikan.  Ketika kita belajar keikhlasan memang membutuhkan waktu dan banyak latihan agar dalam diri kita terbiasa melakukan jiwa khidmah (pelayan). Dalam bekerja kita jangan melihat atau mengoreksi kesalahan orang lain dan kalau perlu kita bantu agar semua pekerjaan bisa di selesaikan demi tercapainya tujuan organisasi atau instansi.       
 Tentu kita harus yakin bahwa Allah selalu mengawasi segala aktivitas kita lakukan, jika kita sudah yakin dengan hal itu maka kita akan malu untuk berbuat maksiat kepada Allah, bahkan kita akan selalu berbuat baik karena merasa aktivitas kita selalu di lihat Allah. Dalam firman Allah surah Al-An’am ayat 61 Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga , sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat- malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya”. Tentu dalam dalam diri kita akan ada filter atau penahan yang akan menjadi kendali untuk melakukan tindakan negative dan selalu untuk melakukan tindakan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
Semoga kita selalu di bimbing-Nya untuk selalu berbenah diri, melakukan perbuatan baik yang di ridhai oleh Allah. Amin J
“Pikirkanlah orang lain maka tuhan akan memikirkanmu, jika engkau memikirkan diri sendiri maka tuhan akan memikikan orang lain

Kemalasan Kita Dalam Beribadah



                Kehidupan menurut islam adalah untuk menguji siapa diantara manusia yang terbaik amalnya. Kehidupan dunia ini adalah ladang yang harus digarap dengan amal saleh. Sebab kalau tidak, kehidupan ini akan berakhir dengan kesia-siaan dan di akhirat kita tidak akan memperoleh sesuatu apapun kalau di dunia ini kita tidak beramal dengan baik. Namun amal yang baik saja tidak cukup bagi islam, sebab amal yang baik itu harus amal yang didasarkan atas iman kepada Allah SWT.
                Pengertian ibadah adalah suatu aktivitas demi yang berhak menerima ibadah. Allah menicptakan manusia dengan tujuan yang mulia dan semua sekali bukan main-main. Pada dasarnya tujuan hidup manusia adalah memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat, di dunia menjadi rahmatal lil alamin sementara di akhirat adalah ridha Allah. Kewajiban atas tugas manusia adalah mengabdi atau beribadah kepada Allah sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an :
                Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan  agar mereka beribadah kepada-Ku (Az-Zariyat ; 56)
                Ayat diatas secara tegas menjelaskan bahwa hakekat manusia hidup di dunia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Allah adalah dzat yang berhak disembah. Tapi kenapa kita itu malas untuk menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya ? kenapa kita malas melakukan sholat ? padahal sholat adalah perintah nabi Muhammad yang mengahdap langsung kepada Allah tanpa dinding penghalang. Sholat adalah satu-satunya perintah dimana nabi Muhammad bertemu langsung dengan Allah SWT.
                Mungkin karena kita telah banyak melakukan perbuatan maksiat sehingga berat sekali rasanya untuk melakukan ibadah kepada-Nya. Selalu kita bertanya-tanya dalam hati “Ya Allah kenapa hamba malas untuk menjalankan segala perintah-Mu ? semakin hari kok tambah malas ? dan kenapa hamba masih selalu berbuat maksiat kepada-Mu ?”
                KH. Moh. Zuhri Zaini (Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid) berdawuh “ketika kita mau melakukan ibadah itu memang tidak disukai oleh nafsu, sebab nafsu cenderung pada hal-hal yang dilarang atau jelek (enak-enak). Tapi kita harus membiasakan diri untuk mengajak nafsu pada kebaikan agar kita terbiasa. Ketika kita sudah terbiasa (istiqomah) maka insyaallah akan timbul rasa cinta untuk beribadah kepada Allah SWT”.
                Memang benar bahwa nafsu kita malas sekali untuk diajak pada kebaikan. Kita tau bahwa sholat diawal waktu adalah amal yang paling utama, tapi kenapa kita malas untuk malas untuk sholat di awal waktu apa lagi berjamaah ? memang nafsu kita harus dilatih untuk menjalankan segala perintahnya agar timbul rasa cinta ibadah di dalam hati kita. Contoh kecilnya adalah sholat berjamaah. Memang di awal-awal kita sangat berat untuk melakukannya, tapi ketika sudah terbiasa dan suatu saat kita sholat sendirian itu akan terasa tidak enak dan ingin mencari teman untuk berjamaah.
                Orang yang mengatakan bahwa tuhan yang menciptakan dan memilihara alam semesta adalah Allah, maka konsekuensinya kita harus beribadah kepada Allah. Semua bentuk ibadah hanya ditujukan kepada Allah, tapi manfaatnya atau hikmahnya untuk manusia itu sendiri. Misalnya ibadah sholatharus bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar. Ibadah puasa harus menimbulkan solidaritas sosial. Intinya, peningkatan kualitas ibadah ritual seorang muslim harus meningkatkan kesalehan sosial.
Dawuh KH. Moh. Zuhri Zaini“setiap orang pasti akan kembali kepada Allah, kita yang ada di pondok pasti akan kembali pulang ke rumah. Coba kita bayangkan ketika mau pulang ke rumah tapi kita membawa masalah atau membawa kabar yang tidak mnyenangkan bagi orang tua, pasti dalam hati kita timbul rasa tidak enak yang mau pulang. Kalau kita mau pulang ke rumah dan kemudian kita membawa kabar gembira bagi orang tua, pasti kita akan senang waktu pulang. Sama juga dengan Allah, kalau kita membawa iman dan amal soleh pasti kita itu akan senang ketika di panggil pulang oleh Allah”
3 tanda orang kembali kepada Allah
1.       Memikirkan sifat-sifat allah dan memikirkan masalah akhirat
2.       Lisannya mengingat allah, mensyukuri nikmat allah dan mengajak kepada kebaikan
3.       Menggunakan badan hikmah untuk jalan Allah

Ya Allah, jauhkanlah kami dari sifat malas beribadah kepada-Mu
Berikanlah kami kekhusyukan dan kenikmatan dalam beribadah
Ya Allah Ampuni segala dosa kami, tujukkan kami jalan kembali untuk-Mu
Tambahkanlah di hati kami perasaan cinta menjalankan segala perintah-Mu dan menjauhi segala larangan-Mu
Ya Allah ramhmati segala langkah kami, agar kami temukan indahnya cinta-Mu