Kamis, 14 November 2013

Menanamkan Jiwa Khidmah (Pelayan) Dalam Diri



            Sering kita temukan ketika masih di sekolah, di pesantren atau belajar di perguruan tinggi. Banyak orang yang secara akademik berprestasi tapi ketika berada di sekolah, pesantren atau perguruan tinggi dia kurang berlatih mengabdi (istilahnya hanya memikirkan kepentingannya sendiri). Ketika pulang ke tengah masyarakat dia tidak mempunyai banyak makna karena kurang memberikan kontribusi di masyarakat di sebabkan karena di dalam jiwanya tidak tertanam semangat jiwa berkhidmah, dan itu tidak sedikit.
            Tapi sebaliknya banyak orang ketika di sekolah, di pesantren atau di perguruan tinggi, mungkin dia membagi waktu dan tenaga untuk belajar dengan tekun, dia juga banyak melakukan pengabdian melalui berbagai kegiatan. Mungkin secara akademik dia tidak terlalu berprestasi (biasa-biasa saja). Tapi ketika dia pulang ke tengah-tengah masyarakat, dia banyak memberi manfaat dan kontribusi bagi orang lain karena semenjak berada di sekolah, dia pesantren atau perguruan tinggi dia banyak berkhidmah.
Jika kita membantu suatu pekerjaan orang lain dan dilakukan dengan baik maka akan bernilai ibadah, dalam sabda nabi ”sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain”. Di sekolah, di pesantren maupun di perguruan tinggi merupakan sarana pembelajaran bagi seseorang untuk menanamkan sifat semangat pengabdian (khidmah), ketika pulang ke masyarakat dapat memberi manfaat kepada orang yang lain karena di dalam dirinya sudah terbiasa untuk membantu kegiatan sosial.
Kita sebagai makhluk sosial, tentu tak akan bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Maka dari itu kita harus banyak berinteraksi dengan manusia yang lain, jika diibaratkan dengan ibadah, misalnya ketika kita melakukan sholat fardu berjamaah, belajar bersama maka pahalanya lebih banyak di bandingkan dilakukan secara individu. Ini mengisyaratkan kita bahwa ketika kita melakukan kegiatan secara berjamaah ini akan mendapatkan hasil yang lebih baik, tentu juga ini harus di dasari dengan suatu ilmu.  
Seseorang tentu akan berada di tempat yang terhormat jika dirinya dapat memberi banyak manfaat bagi manusia yang lain. Bagaimana cara kita menanamkan jiwa khidmah di dalam diri kita ? yang harus kita lakukan adalah kita harus memiliki kesalehan secara individu terlebih dahulu, baru setelah kita saleh secara individu itu insyaallah akan timbul dalam dirinya kesalehan sosial. Karena keimanan yang melekat dalam dirinya maka insyaallah juga akan melekat pada kesalehan secara sosial. Tentu kita harus selalu ingat dengan firman Allah dalam surah Al-Zalzalah ayat 6-7 Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan mendapat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan mendapat (balasan)nya pula”. Jika dalam diri kita sudah ingat dengan firman Allah tersebut, karena sadarnya bahwa setiap kebaikan itu akan mendapatkan balasan kebaikan, begitu pula sebaliknya. Maka dalam diri kita insyaallah akan senantiasa selalu berbuat baik kepada Allah, manusia dan makhluk. Dan ini memerlukan latihan secara bertahap untuk sabar dan tabah dalam membentuk menjadi pribadi yang berjiwa khidmah (saleh sosial).
Dalam menjalankan tugas tentu kita harus belajar keikhlasan. Terkadang kita melihat seseorang yang di dalam organisasi atau instansi ada yang kerjanya cuma mau santai-santai saja sehingga maengabaikan tugasnya dalam satuan tugas yang telah diberikan. Dan tak jarang di dalam hati kita terbesit pertanyaan “lho kenapa dia kerjanya hanya santai ? kenapa tidak dia memiliki rasa kepedulian ? kenapa dalam menjalankan tugas kita masih saling menyuruh (saling iri karena kerjanya cuma santai) ? kenapa kok hanya saya yang bekerja sementara yang lain cuma duduk santai ?”. dalam hati kita pasti akan timbul pertanyaan seperti itu dan minsed yang demikian harus kita rubah. Kita harus melihat suatu tugas sabagai bentuk amal ibadah dan sebagai amal saleh. Jika kita sudah berpikir demikian, maka kita akan mudah untuk membantu orang lain. Dalam firman Allah surah Al-Maidah ayat 2 Dan tolong -menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. Ayat tersebut mengindikasikan kepada kita untuk saling membantu dalam kebaikan.  Ketika kita belajar keikhlasan memang membutuhkan waktu dan banyak latihan agar dalam diri kita terbiasa melakukan jiwa khidmah (pelayan). Dalam bekerja kita jangan melihat atau mengoreksi kesalahan orang lain dan kalau perlu kita bantu agar semua pekerjaan bisa di selesaikan demi tercapainya tujuan organisasi atau instansi.       
 Tentu kita harus yakin bahwa Allah selalu mengawasi segala aktivitas kita lakukan, jika kita sudah yakin dengan hal itu maka kita akan malu untuk berbuat maksiat kepada Allah, bahkan kita akan selalu berbuat baik karena merasa aktivitas kita selalu di lihat Allah. Dalam firman Allah surah Al-An’am ayat 61 Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga , sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat- malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya”. Tentu dalam dalam diri kita akan ada filter atau penahan yang akan menjadi kendali untuk melakukan tindakan negative dan selalu untuk melakukan tindakan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
Semoga kita selalu di bimbing-Nya untuk selalu berbenah diri, melakukan perbuatan baik yang di ridhai oleh Allah. Amin J
“Pikirkanlah orang lain maka tuhan akan memikirkanmu, jika engkau memikirkan diri sendiri maka tuhan akan memikikan orang lain