Kamis, 14 November 2013

Menumbuhkan Akhlak Yang Baik



Dalam kitab Jawahitud Tasawuf  Syaikh Yahya Bin Muadz berdawuh
وكل حالة لم تردان تموت وانت عليهافاحذرها
Setiap keadaan yang anda tidak ingin mati dalam keadaan itu maka jangan lakukan itu.
            Kasus suap pengaturan kuota daging impor kemarin menghebohkan semua orang. Betapa tidak, banyak nama-nama orang yang memiliki kedudukan tinggi terjerat dalam kasus ini. Terlebih lagi banyak melibatkan kaum hawa di dalamya. Para pejabat tersebut rela merogoh kocek dalam-dalam sebagai alasan untuk menyenangkan teman perempuan.
            Ini mengindikasikan kita bahwa orang yang memiliki kedudukan dan orang yang berpendidikan tinggi tidak menjamin memiliki akhlak yang baik di dalam dirinya. Banyak kita temukan contoh kecil dari mereka yang berpendidikan tinggi sering membuang sampah sembarangan. Padahal membuang sampah sembarangan adalah hal sepele yang sering kita remehkan dan akibat membuang sampah sembarangan itu, saat ini terjadi pemanasan global (global warming). Sering kita temukan juga di jalan raya, ketika lampu masih berwarna merah banyak pengguna jalan yang melanggar aturan dengan menerobos jalan padahal waktu lampu merah itu motor dilarang untuk jalan.
            Kenapa hal-hal tersebut sering kita temukan meski mereka sudah mengenyam pendidikan di sekolah ?  ternyata, proses belajar yang harus kita lakukan tidak berhenti sebatas mempelajari sesuatu, tetapi sekaligus belajar untuk mengaplikasikannya. Sering KH. Zuhri Zaini ketika pengajian kitab menasehati para santrinya, beliau berdawuh “ketika kita mempelajari sesuatu hal yang baik, maka langsung amalkan”. Ini menjelaskan tentang belajar untuk mengamalkan. Satu unit pengetahuan yang baik langsung kita amalakan atau aplikasikan, dengan begitu apapun yang kita pelajari harus mementuk pola pikir dan pola sikap kita dalam kehidupan sehari-hari.
            Menjelang rasulullah wafat, beliau setiap hari memberi makan seorang pengemis tua yahudi buta di sebuah pasar. Setiap kali rasulullah memberinya makan dengan menyuapi dan menghaluskan makanan tersebut kemudian diserahkan kepadanya dengan sangat halus, si yahudi ini selalu berkata pada rasulullah “nak, kamu jangan dekat-dekat dengan yang namanya Muhammad. Dia itu pembohong, tukang sihir, pendusta” tapi rasulullah hanya diam tidak memberikan suatu komentar dan juga tidak lantang mengatakan bahwa yang menyuapinya adalah rasul sendiri. Beliau rasul tetap istiqomah memberi makan seorang yahudi buta tersebut hingga wafat.
            Setelah rasul wafat, pengemis tua tersebut merasa sangat kehilangan dengan orang yang setaip hari menyuapinya dengan telaten dan penuh kasih sayang. Suatu saat Abu Bakar, sahabat sekaligus mertua rasul. Beliau bertanya pada putrinya siti aisyah, yang tak lain adalah istri rasul sendiri. Abu Bakar menyanyakan kepada aisyah “amalan sunnah apa yang selalu dikerjakan oleh rasul yang belum aku kerjakan ?”. Aisyah menjawab “ di sebuah pasar ada pengemis yahudi buta dan sudah tua, rasul selalu memberinya makan setiap hari dan setaip rasul meberinya makan, si yahudi tersebut selalu mencaci maki rasul.
Tak lama kemudian Abu Bakar bergegas langsung menuju pasar untuk menemui dan memberi makan si yahudi tersebut. Ketika Abu Bakar menyuapi yahudi tersebut, dengan lantang yahudi buta tersebut membuang makanan yang di kunyahnya seraya berkata “ siapa kau ? kau bukan orang yang tiap hari menyuapiku, tanganmu kasar dan tidak selembut kemarin. Pada saat itu juga Abu Bakar menangis menjerit-jerit karena ingat dengan akhlak yang dimiliki rasulullah. Pengemis yahudi buta itu bertanya, mengapa engkau menangis ? Abu Bakar menjawab “kau tau siap orang yang tiap hari menyuapimu dengan halus, lembut dan penuh kasih sayang ?”. Pengemis itu menjawab tidak tau seraya bertanya siapa orang yang menyuapiku itu ? Abu Bakar menjawab, beliau adalah rasulullah Muhammad. Orang yang selalu perhatian dan penuh kasih sayang selalu menyuapimu dan orang yang sering engkau caci maki. Pada saat itu juga si yahudi buta itu menangis mengingat begitu mulianya akhlak rasulullah, begitu tinggi budi pekerti luhurnya. Saat itu juga si yahudi mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan Abu Bakar. Berkat akhlak yang baik rasulullah pengemis yahudi buta tersebut masuk islam.
Menurut Imam Ghozali, Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran lagi. Akhlak menempati posisi yg penting dalam islam karena ajaran islam selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia. Bagaimana cara menumbuhkan akhlak yang baik dalam diri kita ? tentu ini memerlukan latihan, pertama adalah kita harus membersihkan diri dari sifat-siaft jelek. Kemudian kedua adalah kita harus selalu berusaha membiasakan diri melakukan perbuatan yang baik. Dalam surah Al-Mu’minum ayat 40 Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab”.
            Dawuh KH. Moh. Zuhri Zaini “orang yang ganteng adalah orang berilmu (mencari dan mengamalkan) dan orang yang memilkiki akhlak yang baik”. Orang yang selalu berbuat baik maka akan selalu dalam jaminan Allah dan akan menjadi orang yang bahagia. Kalau orang ingin bahagia maka harus memperbaiki diri, memperbaiki perbuatan dan perkataan (sikap). Agar hidup kita ini menjadi baik,  kalau kita sudah menjadi baik maka kebahagiaan itu akan datang dengan sendirinya tanpa kita mencarinya. Tentu kita harus selalu mohon pada Allah agar senantiasa selalu bisa mengerjakan perbuatan yang baik.