Dalam kitab Jawahitud Tasawuf
Syaikh Yahya Bin Muadz berdawuh
وكل حالة لم تردان تموت وانت عليهافاحذرها
Setiap keadaan yang anda tidak ingin mati dalam keadaan itu
maka jangan lakukan itu.
Kasus suap
pengaturan kuota daging impor kemarin menghebohkan semua orang. Betapa tidak,
banyak nama-nama orang yang memiliki kedudukan tinggi terjerat dalam kasus ini.
Terlebih lagi banyak melibatkan kaum hawa di dalamya. Para pejabat tersebut
rela merogoh kocek dalam-dalam sebagai alasan untuk menyenangkan teman
perempuan.
Ini
mengindikasikan kita bahwa orang yang memiliki kedudukan dan orang yang
berpendidikan tinggi tidak menjamin memiliki akhlak yang baik di dalam dirinya.
Banyak kita temukan contoh kecil dari mereka yang berpendidikan tinggi sering
membuang sampah sembarangan. Padahal membuang sampah sembarangan adalah hal
sepele yang sering kita remehkan dan akibat membuang sampah sembarangan itu,
saat ini terjadi pemanasan global (global warming). Sering kita temukan juga di
jalan raya, ketika lampu masih berwarna merah banyak pengguna jalan yang
melanggar aturan dengan menerobos jalan padahal waktu lampu merah itu motor
dilarang untuk jalan.
Kenapa
hal-hal tersebut sering kita temukan meski mereka sudah mengenyam pendidikan di
sekolah ? ternyata, proses belajar yang
harus kita lakukan tidak berhenti sebatas mempelajari sesuatu, tetapi sekaligus
belajar untuk mengaplikasikannya. Sering KH. Zuhri Zaini ketika pengajian kitab
menasehati para santrinya, beliau berdawuh “ketika kita mempelajari sesuatu
hal yang baik, maka langsung amalkan”. Ini menjelaskan tentang belajar
untuk mengamalkan. Satu unit pengetahuan yang baik langsung kita amalakan atau
aplikasikan, dengan begitu apapun yang kita pelajari harus mementuk pola pikir
dan pola sikap kita dalam kehidupan sehari-hari.
Menjelang
rasulullah wafat, beliau setiap hari memberi makan seorang pengemis tua yahudi
buta di sebuah pasar. Setiap kali rasulullah memberinya makan dengan menyuapi
dan menghaluskan makanan tersebut kemudian diserahkan kepadanya dengan sangat
halus, si yahudi ini selalu berkata pada rasulullah “nak, kamu jangan dekat-dekat
dengan yang namanya Muhammad. Dia itu pembohong, tukang sihir, pendusta”
tapi rasulullah hanya diam tidak memberikan suatu komentar dan juga tidak
lantang mengatakan bahwa yang menyuapinya adalah rasul sendiri. Beliau rasul
tetap istiqomah memberi makan seorang yahudi buta tersebut hingga wafat.
Setelah
rasul wafat, pengemis tua tersebut merasa sangat kehilangan dengan orang yang
setaip hari menyuapinya dengan telaten dan penuh kasih sayang. Suatu saat Abu
Bakar, sahabat sekaligus mertua rasul. Beliau bertanya pada putrinya siti
aisyah, yang tak lain adalah istri rasul sendiri. Abu Bakar menyanyakan kepada
aisyah “amalan sunnah apa yang selalu dikerjakan oleh rasul yang belum aku
kerjakan ?”. Aisyah menjawab “ di sebuah pasar ada pengemis yahudi buta dan
sudah tua, rasul selalu memberinya makan setiap hari dan setaip rasul meberinya
makan, si yahudi tersebut selalu mencaci maki rasul.
Tak lama kemudian Abu Bakar bergegas
langsung menuju pasar untuk menemui dan memberi makan si yahudi tersebut.
Ketika Abu Bakar menyuapi yahudi tersebut, dengan lantang yahudi buta tersebut
membuang makanan yang di kunyahnya seraya berkata “ siapa kau ? kau bukan orang
yang tiap hari menyuapiku, tanganmu kasar dan tidak selembut kemarin. Pada saat
itu juga Abu Bakar menangis menjerit-jerit karena ingat dengan akhlak yang
dimiliki rasulullah. Pengemis yahudi buta itu bertanya, mengapa engkau menangis
? Abu Bakar menjawab “kau tau siap orang yang tiap hari menyuapimu dengan
halus, lembut dan penuh kasih sayang ?”. Pengemis itu menjawab tidak tau
seraya bertanya siapa orang yang menyuapiku itu ? Abu Bakar menjawab, beliau
adalah rasulullah Muhammad. Orang yang selalu perhatian dan penuh kasih sayang
selalu menyuapimu dan orang yang sering engkau caci maki. Pada saat itu juga si
yahudi buta itu menangis mengingat begitu mulianya akhlak rasulullah, begitu
tinggi budi pekerti luhurnya. Saat itu juga si yahudi mengucapkan dua kalimat
syahadat di hadapan Abu Bakar. Berkat akhlak yang baik rasulullah pengemis
yahudi buta tersebut masuk islam.
Menurut Imam Ghozali, Akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan
dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran lagi.
Akhlak menempati posisi yg penting dalam islam karena ajaran islam selalu
berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia. Bagaimana cara
menumbuhkan akhlak yang baik dalam diri kita ? tentu ini memerlukan latihan,
pertama adalah kita harus membersihkan diri dari sifat-siaft jelek. Kemudian
kedua adalah kita harus selalu berusaha membiasakan diri melakukan perbuatan
yang baik. Dalam surah Al-Mu’minum ayat 40 ” Barangsiapa
mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding
dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik
laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan
masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab”.
Dawuh KH.
Moh. Zuhri Zaini “orang yang ganteng adalah orang berilmu (mencari dan
mengamalkan) dan orang yang memilkiki akhlak yang baik”. Orang yang selalu
berbuat baik maka akan selalu dalam jaminan Allah dan akan menjadi orang yang
bahagia. Kalau orang ingin bahagia maka harus memperbaiki diri, memperbaiki
perbuatan dan perkataan (sikap). Agar hidup kita ini menjadi baik, kalau kita sudah menjadi baik maka
kebahagiaan itu akan datang dengan sendirinya tanpa kita mencarinya. Tentu kita
harus selalu mohon pada Allah agar senantiasa selalu bisa mengerjakan perbuatan
yang baik.