Kejadian ini tejadi pada hari ke-2 UAS, pada jam pertama kami
mengerjakan soal mata kuliah “Manajemen Pemasaran” yang diampu oleh Bapak
Yulianto, beliau adalah Manajer Bank BTN Syari’ah Cabang Probolinggo. Pada jam
kedua, kami mengerjakan soal mata kuliah “Studi Kelayakan Bisnis” yang diampu
oleh Ibu Nanis Hairunisya. Beliau juga sebagai tenaga pengajar di Universitas
Pancamarga Probolinggo.
Jam menunjukkan pukul 08.00 pagi, memulai langkah dengan bismillah
dan siap untuk ujian menuju kampus yang ada di timur sana. Sesampainya di
kampus, saya dan teman-teman langsung mengerjakan UAS pada jam pertama dengan
baik dan lancar. Pada jam kedua mungkin teman-teman mulai sudah jenuh dan agak
sedikit main-main. Kejadian ini bermula ketika saya memegang soal dan saya
melihat teman saya memainkan laptonya, terjadilah perbincangan diantara kami.
Saya : beh been mek main game ? tak ngerjaaginah ujian ? majuh
usaha jek gun perak negguh din kancanah meloloh (beh sampean kok main game ?
gak mau ngerjakan ujian ? ayo usaha jangan cuma melihat punya teman saja)
ZH : tak taoh kok, iyeh marenah kok usaha neggueh din nak-kanak
(saya tidak tau, iya sebentar lagi saya mau usaha lihat punya anak-anak)
Saya : beh majuh usaha ngerjaagi dibik, deggik kancanah lah mareh
kabbi been gik neppaah din kancanah. Majuh usaha jek kita lah benne nak-kanak
kenek pole (ayo usaha ngerjakan sendiri, nanti sumua teman-teman sudah selesai
semua, sampean masih mau lihat punya teman-teman. Ayo kita bukan anak kecil
lagi)
ZH : beh been mek ngocak engak jieh hen ? neng dinnak riah kita
kerja sama, gotong royong. Ngak jieh been ollenah deddih pengurus pesantren ?
mon neng-neng been terro olleah barokah. (sampean kok bicara seperti itu hen ?
disini kita itu kerja sama, gotong royong. Itu dapatnya kamu jadi pengurus
pesantren ? katanya kamu mau pengen dapat barokah)
Saya : beh mon benta barokah deggik neng masyarakat, mon setiah tak
paddeng barokah gik. Tapeh engkok percajeh barokah ruah bedeh. Been terro
barokah de’remmah mon ollenah negguh din kancanah ? (kalau mau bicara barokah
nanti ketika sudah ada di masyarakat, sekarang barokah itu masih belum
kelihatan tapi saya percaya barokah itu ada. Sampean mau barokah gimana kalau
melihat punya temannnya ?)
ZH : been mek benta ngak jieh hen ? (Sampean kok bicara seperti itu
hen ?)
Saya : jek kalak ateh tang benta, kaduh positive thinking ben ke
tang benta (jangan di ambil hati kata-kata saya, sampean harus positive
thinking dengan kata-kata saya)
Sembari saya meninggalakan ZH karena tidak ingin melanjutkan
perdebatan yang bisa menyebabkan pertengkaran diantara kami berdua. Tak lama
setelah kejadian tersebut kemudian teman saya bernama Hasan tak sengaja
menyenggol “laptop ZH” hingga laptop tesebut jatuh dengan kerasnya. Dalam hati
saya berkata “Barokanah Game”.
Ada satu hal yang menarik ketika saya masih berstatus siswa, saya
membaca buku “Harus Bisa ala SBY” penulisnya Dr. Dino Patti Djalal. Dalam buku
tesebut saya membaca sebuah kata yang menarik, menggugah, dan motivasi diri.
Kata-katanya adalah “LEBIH BAIK KALAH SECARA TERHORMAT DARI PADA MENANG DENGAN
CARA YANG KOTOR-KOTOR”. Sungguh kata-kata ini sarat dengan makna yang cukup
dalam untuk kita renungkan.
Saya tidak munafik, menganggap bahwa diri paling suci dan bersih
ketika ujian. Saya juga pernah mencontek dan menjiplak juga sering ketika buat
makalah. Tapi ketika ujian berlangsung, saya harus menerapkan kata-kata diatas
karena kita harus percaya bahwa JUJUR ITU PAHIT TAPI BUAHNYA MANIS. Saya
belajar dan berusaha untuk menegrjakan soal-soal ujian dengan jujur, tanpa
campur tangan dari teman-teman. Karena saya akan senang meski nilai yang
didapat tidak besar. Nilai sekolah itu bukan menjadi tolak ukur seseorang, tapi
yang penting adalah pemahaman materi dan pengamalannya. Dan Alhamdulillah
selama berada di bangku kuliah tidak pernah mendapat nilai “C”.
Dalam mencari ilmu, kita dituntut untuk hanya sekedar tau saja.
Tapi bagaimana cara kita untuk mengaplikasikan ilmu tersebut dalam kehidupan
sehingga mengarahkan kita pada perbuatan yang baik. Artinya kita tidak hanya
sekedar tau, tapi juga harus mengamalkannya agar ilmu yang kita peroleh itu
menjadi berkah dan barokah.
Seseorang tidak akan sukses apabila tidak percaya sama dirinya
sendiri, mereka ragu-ragu akan kemampuannya padahal potesi yang mereka miliki
sungguh luar biasa. Ketika ujian berlangsung banyak teman-teman putra atau puti
yang mengolok-olok bahwa saya itu hidup sendiri, tidak mau berbagi dan
kata-kata yang lain. Dengan tegas saya menjawab “saya bukannya pelit, tapi saya
nggk mau punya kalian itu salah karena lihat punya saya. Pekerjaan punya saya
ini asal-asalan”. Saya ingin mereka itu menumbuhkan sifat percaya pada diri
mereka dengan agak pelit memberikan jawaban, agar mereka mau berusaha untuk
maju, berusaha untuk jujur dan selalu berpikir positive. Tentu menumbuhkan rasa
percaya diri ini harus dengan latihan dan belajar untuk menumbuhkan semangat
dalam diri untuk berjuang serta kita harus yakin bahwa Allah maha melihat
setiap kejadian.
Teringat dengan sifat wajib The Chosen One, Siddiq (Jujur) adalah
sifat pertama beliau. Tak salah jika beliau digelari dengan sebutan Al-Amin
(orang yang dapat dipercaya) oleh masyarakat arab. Kita ketahui juga sifat
Fathonah (Cerdas) berada di urutan ke-empat. Ini menjadi indikasi bahwa
kejujuran itu lebih tinggi nilainya dari pada kecerdasan. Semoga oleh Allah
kita diberi kekuatan bisa belajar untuk membiasakan diri berbuat dan berkata
jujur serta bisa mengembangkan rasa percaya pada diri sendiri. Amin.