Senin, 02 Juni 2014

Layani Orang Lain, Maka Orang Lain Akan Melayani Anda



            Ketika di mandati amanah untuk menjadi Pengurus Tata Usaha di Kantor Biro Kepesantrenan Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Otomatis saya akan di hadapi oleh masalah kompleks yang terjadi di pesantren. Misalnya bagaimana tata cara mengatur manajemen, dihadapkan dengan wali santri yang mengizinkan putranya, tata cara menerima santri baru dan tamu yang akan mencari-cari informasi tentang pesantren serta bagaimana tata cara mengawal kegiatan khususnya yang berkaitan dengan kepesantrenan dan lain sebagainya.
            Sering terjadi senggolan teman sesama kepengurusan ketika melayani tamu, kebanyakan dari kita sebagai pengurus saling menyuruh untuk menemui tamu, ya dengan berbagai macam alasan yang tentu tidak bisa di jelaskan sehingga tidak bisa memberikan pelayanan yang terbaik bagi tamu-tamu pesantren. Ketika terjadi senggolan seperti itu, salah satu pengurus senior bapak Faurul Anas menasehati saya. Beliau berkata “engkok heran, pengurus setiah mon bedeh tamoy aburuh kabbi, salang ereh tak gellem etemoneh. Coba tugas ruah anggep sebagai amal ibadah, makle bisah berik pelayanan sebagus (saya heran, pengurus sekarang kalau ada tamu pada lari semua, saling iri tidak dilayani dengan baik. Coba tugas itu kita niatkan sebagai amal ibadah, biar kita bisa memberi pelayanan yang baik).
            Hati saya tertegun mendengar bapak Anas bilang seperti itu, kanapa saya sabagai pengurus pesantren jarang senyum dan terkesan agak cuek pada tamu ? kenapa pelayanan saya kepada tamu tidak maksimal ?. Pada tahun 2014 ini, saya diamanahkan sebagai Koordinator Pusat Penerimaan Santri Baru Pondok Pesantren Nurul Jadid. Sebagai koordinator penerimaan tentu saya harus memberikan contoh yang baik bagi anggota-anggota khususnya anggota yang baru ikut berbagung dalam kepanitiaan Penerimaan Santri Baru.
            Pada hari selasa tanggal 27 Mei pasca harlah dapat 2 hari saya ke Bangil Pasuruan mengunjungi  Pondok Pesantren Wahid Hasyim. Di dalam area pondok tersebut terpampang di banner yang bertuliskan 5 S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan, Santun). Pada malam rabu tanggal 28 Mei 2014 kami teman-teman Penerimaan Santri Baru berkumpul di kantor pesantren untuk mengadakan rapat penerimaan.  Alhamdulillah saya juga belajar untuk memimpin suatu rapat. Saya menjelaskan protab dan teknis bagaimana cara mengisi formulir pendaftaran dengan format yang baru, tata cara alur penerimaan santri baru, bagaimana cara menyampaikan ikrar dan penyampaian intruksi dari pengasuh, dan yang paling penting kami sampaikan kode etik sebagai penerima, yaitu kami sampaikan bahwa kita harus menerapkan 5 S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan, Santun) dalam menerima tamu dan santri baru. Alhamdulillah tahun ini banyak perombakan yang terjadi di tempat pendaftaran santri baru, beda dengan tahun-tahun sebelumnya. Kami teman-teman panitia banyak melakukan perubahan dengan mendesain tata ruang dengan nyaman, membeli taplak meja yang bagus, membelikan pengharum ruangan, dan banyak perubahan lainnya yang kami lakukan di kantor penerimaan santri baru dan tujuannya adalah untuk memberikan peyanan yang terbaik bagi tamu. Kami sebut ini dengan sebutan “GERAKAN PERUBAHAN”.
            Pada suatu hari saya mendapati salah seorang pengurus pesantren putri menjadi Guide (pendamping) bagi wali santri. Pengurus tersebut dengan murah senyum menunjukkan berbagai sekolah di Pondok Pesantren. Pengurus putri itu juga tersebut juga menunjukkan dalem pengasuh dengan sopan dan penuh rasa takdzim. Sangat malu rasanya diri ini melihat pengurus pesantren putri tersebut bersikap seperti itu, malu diri ini sebagai pengurus pesantren tidak memberikan pelayanan yang terbaik (ya bisa dikatakan tidak profesional). Sejak saat itulah saya belajar untuk melayani tamu dengan baik, salam dan penuh senyuman, saya juga belajar untuk menunjukkan jalan (jadi guide) kepada wali santri yang awam tentang pesantren ini. Kalau bisa kami antar dengan senang hati (semangat) tamu tersebut kepada tempat yang ingin ditujunya, tentu kami niatkan sebagai amal ibadah dan berusaha untuk memberikan yang terbaik.
Kalau kita memperlakukan orang dengan baik, maka insyaallah kita juga akan diperlakukan hal yang lebih baik oleh orang lain. Teringat dengan dawuh KH. Moh. Zuhri Zaini “kebaikan yang kita lakukan, itu hakekatnya adalah untuk kita sendiri”. Kita harus belajar Semangat perbaiki apa yang ada di pesantren. Lakukan yang terbaik buat pondok, kotor itu tidak apa-apa ya asalkan kotor dengan kerja. Gunakan uang pesantren itu tidak apa-apa, asalkan di jalan yang benar. Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk semangat berkhidmah pada kiai dan pesantren. Amin 
Bersama Pengurus Pesantren Di Astah KH. Kholil Bangkalan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar