Ketika di mandati amanah untuk menjadi Pengurus Tata
Usaha di Kantor Biro Kepesantrenan Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton
Probolinggo. Otomatis saya akan di hadapi oleh masalah kompleks yang terjadi di
pesantren. Misalnya bagaimana tata cara mengatur manajemen, dihadapkan dengan
wali santri yang mengizinkan putranya, tata cara menerima santri baru dan tamu
yang akan mencari-cari informasi tentang pesantren serta bagaimana tata cara
mengawal kegiatan khususnya yang berkaitan dengan kepesantrenan dan lain
sebagainya.
Sering terjadi senggolan teman sesama kepengurusan ketika
melayani tamu, kebanyakan dari kita sebagai pengurus saling menyuruh untuk
menemui tamu, ya dengan berbagai macam alasan yang tentu tidak bisa di jelaskan
sehingga tidak bisa memberikan pelayanan yang terbaik bagi tamu-tamu pesantren.
Ketika terjadi senggolan seperti itu, salah satu pengurus senior bapak Faurul
Anas menasehati saya. Beliau berkata “engkok
heran, pengurus setiah mon bedeh tamoy aburuh kabbi, salang ereh tak gellem
etemoneh. Coba tugas ruah anggep sebagai amal ibadah, makle bisah berik
pelayanan sebagus (saya heran, pengurus sekarang kalau ada tamu pada lari
semua, saling iri tidak dilayani dengan baik. Coba tugas itu kita niatkan
sebagai amal ibadah, biar kita bisa memberi pelayanan yang baik).
Hati saya tertegun mendengar bapak Anas bilang seperti
itu, kanapa saya sabagai pengurus pesantren jarang senyum dan terkesan agak
cuek pada tamu ? kenapa pelayanan saya kepada tamu tidak maksimal ?. Pada tahun
2014 ini, saya diamanahkan sebagai Koordinator Pusat Penerimaan Santri Baru
Pondok Pesantren Nurul Jadid. Sebagai koordinator penerimaan tentu saya harus
memberikan contoh yang baik bagi anggota-anggota khususnya anggota yang baru
ikut berbagung dalam kepanitiaan Penerimaan Santri Baru.
Pada hari selasa tanggal 27 Mei pasca harlah dapat 2 hari
saya ke Bangil Pasuruan mengunjungi
Pondok Pesantren Wahid Hasyim. Di dalam area pondok tersebut terpampang
di banner yang bertuliskan 5 S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan, Santun). Pada malam
rabu tanggal 28 Mei 2014 kami teman-teman Penerimaan Santri Baru berkumpul di
kantor pesantren untuk mengadakan rapat penerimaan. Alhamdulillah saya juga belajar untuk
memimpin suatu rapat. Saya menjelaskan protab dan teknis bagaimana cara mengisi
formulir pendaftaran dengan format yang baru, tata cara alur penerimaan santri
baru, bagaimana cara menyampaikan ikrar dan penyampaian intruksi dari pengasuh,
dan yang paling penting kami sampaikan kode etik sebagai penerima, yaitu kami
sampaikan bahwa kita harus menerapkan 5 S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan, Santun)
dalam menerima tamu dan santri baru. Alhamdulillah tahun ini banyak perombakan
yang terjadi di tempat pendaftaran santri baru, beda dengan tahun-tahun
sebelumnya. Kami teman-teman panitia banyak melakukan perubahan dengan
mendesain tata ruang dengan nyaman, membeli taplak meja yang bagus, membelikan
pengharum ruangan, dan banyak perubahan lainnya yang kami lakukan di kantor
penerimaan santri baru dan tujuannya adalah untuk memberikan peyanan yang
terbaik bagi tamu. Kami sebut ini dengan sebutan “GERAKAN PERUBAHAN”.
Pada suatu hari saya mendapati salah seorang pengurus
pesantren putri menjadi Guide (pendamping) bagi wali santri. Pengurus tersebut
dengan murah senyum menunjukkan berbagai sekolah di Pondok Pesantren. Pengurus
putri itu juga tersebut juga menunjukkan dalem pengasuh dengan sopan dan penuh
rasa takdzim. Sangat malu rasanya diri ini melihat pengurus pesantren putri
tersebut bersikap seperti itu, malu diri ini sebagai pengurus pesantren tidak
memberikan pelayanan yang terbaik (ya bisa dikatakan tidak profesional). Sejak
saat itulah saya belajar untuk melayani tamu dengan baik, salam dan penuh
senyuman, saya juga belajar untuk menunjukkan jalan (jadi guide) kepada wali
santri yang awam tentang pesantren ini. Kalau bisa kami antar dengan senang
hati (semangat) tamu tersebut kepada tempat yang ingin ditujunya, tentu kami
niatkan sebagai amal ibadah dan berusaha untuk memberikan yang terbaik.
Kalau
kita memperlakukan orang dengan baik, maka insyaallah kita juga akan
diperlakukan hal yang lebih baik oleh orang lain. Teringat dengan dawuh KH.
Moh. Zuhri Zaini “kebaikan yang kita
lakukan, itu hakekatnya adalah untuk kita sendiri”. Kita harus belajar Semangat
perbaiki apa yang ada di pesantren. Lakukan yang terbaik buat pondok, kotor itu
tidak apa-apa ya asalkan kotor dengan kerja. Gunakan uang pesantren itu tidak
apa-apa, asalkan di jalan yang benar. Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk
semangat berkhidmah pada kiai dan pesantren. Amin
Bersama Pengurus Pesantren Di Astah KH. Kholil Bangkalan |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar