Selama berada di Pondok Pesantren Nurul Jadid, saya selalu ingat tentang masa lalu terutama tentang kedua orang tua, karena yang saya paling kangenin adalah mama. Kalau ayah ngirim satu bulan satu kali ke pondok tapi kalau mama tidak ikut serta, pasti ada rasa kesedihan tersendiri di dalam hati karena beliau orang yang melahirkan, merawat, memberikan kasih sayang kepada dengan penuh rasa tuls ikhlas dan tak pernah beliau mengeluh. Malah saya bersyukur ketika di marahi oleh kedua orang tua, itu menandakan mereka sayang kepada anaknya.
Saya
masih ingat ketika dulu saya sangat nakal, suka membentak, ingat ketika saya
sakit dirawat oleh mama, ketika masih sekolah mama nganterin saya ke sekolah
tiap hari (di kasih uang saku Rp.300 + 2 permen, hehe). Begitu besarnya kasih
sayang kedua orang tua kepada anaknya sehingga mereka rela berkorban dalam
segala hal demi kebaikan sang anak. Saya masih teringat ketika ayah bilang “be’en cong
teka’ah majer pesse sebenya’en gunong tak kerah bisah meles kebaikanah reng
tuah, terutama mamanah be’en senglaeragi, rejeh sarah pengorbanannah reng tuah
riah cong, reng tuah riah gun nyangkolanah elmoh ke anak, makle ana’en odi’en
lebih baik deri pada reng tuanah”
Memang
saya itu kalau masalah berbagi cerita, pengalaman dan nasehat lebih dekat
dengan ayah, tapi kalau masalah batin ya pasti mama yang lebih dekat. Saya juga
ingat ketika saya dipukul sama mama karena main terus, jarang belajar, sering
mandi di sungai waktu banjir, ngebantah, acuh tak acuh dll dah pokoknya. Saya banyak dosa kepada kedua
orang tua. Saya juga teringat
ketika mereka mendidik waktu kecil. Belajar berjalan, menulis, membaca dan
lain-lain. Saya teringat dengan lirik lagu rhoma irama :
Bila kau patuh
pada rajamu, lebih patuhlah pada ibumu
Bila kau sayang
pada kekasih, lebih sayanglah pada ibumu
Tapi
anehnya ketika saya mondok, saya kangen sekali dimarahi dan dipukul oleh kedua
orang tua apa lagi mama. Saya berpikir “kenapa ketika saya sudah besar tidak
pernah dipukul lagi ?” padahal saya kangen dengan hal itu. Apa karena mereka
sudah tidak sayang kepada
saya sehingga mereka jarang memarahi saya ? Saya masih ingat ketika
disuruh-suruh oleh kedua orang tua saya selalu acuh tak acuh dan bahkan malas
atau membentak kepada kedua orang tua. Ketika saya baca surah Al-Isra’ ayat 23 yang artinya :
dan tuhanmu telah
memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan berbuat baiklah kepada
ibu-bapakmu. Jika salah seorang diantara keduanya atau bahkan keduanya sampai
usia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah engkau mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah
kepada keduanya perkataan yang baik.
Dari ayat diatas sudah dijelaskan
secara jelas dalam Al-Qur’an, jangankan membentak kepada kedua orang tua.
Berkata “ah” saja sudah dilarang apalagi sampai lebih dar itu. Saya banyak
sekali dosa kepada kedua orang tua karena selalu membentak dll. Dan kemudian
lanjutan dari surah Al-Isra’ ayat 23 yaitu ayat 24 yang artinya :
Dan rendahkanlah
dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih saying dan ucapkanlah “wahai
tuhanku ! sayangilah keduanya sebagai mana mereka berdua mendidik kamiaku pada
waktu kecil”
Ya Allah
ijinkanlah kami membahagiakan kedua orang tua
Jadikanlah kami
pribadi yang bisa berbakti (mebunga, mecelep) hati kedua orang tua
Lindungi dan
sayangilah mereka berdua Ya Allah, Amin.