Rabu, 07 Mei 2014

Walidaini Ihsana


                Selama berada di Pondok Pesantren Nurul Jadid, saya selalu ingat tentang masa lalu terutama tentang kedua orang tua, karena yang saya paling kangenin adalah mama. Kalau ayah ngirim satu bulan satu kali ke pondok tapi kalau mama tidak ikut serta, pasti ada rasa kesedihan tersendiri di dalam hati karena beliau orang yang melahirkan, merawat, memberikan kasih sayang kepada dengan penuh rasa tuls ikhlas dan tak pernah beliau mengeluh. Malah saya bersyukur ketika di marahi oleh kedua orang tua, itu menandakan mereka sayang kepada anaknya.
                Saya masih ingat ketika dulu saya sangat nakal, suka membentak, ingat ketika saya sakit dirawat oleh mama, ketika masih sekolah mama nganterin saya ke sekolah tiap hari (di kasih uang saku Rp.300 + 2 permen, hehe). Begitu besarnya kasih sayang kedua orang tua kepada anaknya sehingga mereka rela berkorban dalam segala hal demi kebaikan sang anak. Saya masih teringat ketika ayah bilang “be’en cong teka’ah majer pesse sebenya’en gunong tak kerah bisah meles kebaikanah reng tuah, terutama mamanah be’en senglaeragi, rejeh sarah pengorbanannah reng tuah riah cong, reng tuah riah gun nyangkolanah elmoh ke anak, makle ana’en odi’en lebih baik deri pada reng tuanah”
                Memang saya itu kalau masalah berbagi cerita, pengalaman dan nasehat lebih dekat dengan ayah, tapi kalau masalah batin ya pasti mama yang lebih dekat. Saya juga ingat ketika saya dipukul sama mama karena main terus, jarang belajar, sering mandi di sungai waktu banjir, ngebantah, acuh tak acuh dll dah pokoknya. Saya banyak dosa kepada kedua orang tua. Saya juga teringat ketika mereka mendidik waktu kecil. Belajar berjalan, menulis, membaca dan lain-lain. Saya teringat dengan lirik lagu rhoma irama :
Bila kau patuh pada rajamu, lebih patuhlah pada ibumu
Bila kau sayang pada kekasih, lebih sayanglah pada ibumu
                Tapi anehnya ketika saya mondok, saya kangen sekali dimarahi dan dipukul oleh kedua orang tua apa lagi mama. Saya berpikir “kenapa ketika saya sudah besar tidak pernah dipukul lagi ?” padahal saya kangen dengan hal itu. Apa karena mereka sudah tidak sayang kepada saya sehingga mereka jarang memarahi saya ? Saya masih ingat ketika disuruh-suruh oleh kedua orang tua saya selalu acuh tak acuh dan bahkan malas atau membentak kepada kedua orang tua. Ketika saya baca surah Al-Isra’ ayat 23 yang artinya :
                dan tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan berbuat baiklah kepada ibu-bapakmu. Jika salah seorang diantara keduanya atau bahkan keduanya sampai usia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.
                Dari ayat diatas sudah dijelaskan secara jelas dalam Al-Qur’an, jangankan membentak kepada kedua orang tua. Berkata “ah” saja sudah dilarang apalagi sampai lebih dar itu. Saya banyak sekali dosa kepada kedua orang tua karena selalu membentak dll. Dan kemudian lanjutan dari surah Al-Isra’ ayat 23 yaitu ayat 24 yang artinya :
                Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih saying dan ucapkanlah “wahai tuhanku ! sayangilah keduanya sebagai mana mereka berdua mendidik kamiaku pada waktu kecil”
Ya Allah ijinkanlah kami membahagiakan kedua orang tua
Jadikanlah kami pribadi yang bisa berbakti (mebunga, mecelep) hati kedua orang tua
Lindungi dan sayangilah mereka berdua Ya Allah, Amin.