Senin, 12 mei 2014.
Waktu udangan di
Sukowono Jember, Ustad Munawir As-Sadili (Ustad unik dan lucu dari Gang C) yang
selalu ceramah di gang C, ustad yang selalu mengopeni santri di Pondok
Pesantren Nurul Jadid di undang untuk mengisi ceramah agama yang bertemakan
tentang Isra’ Mi’raj. Dalam banner tersebut terpampang firman Allah :
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ
الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ
لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Dalam ceramah
tersebut beliau menjelaskan bahwa ketika Is’ra’ Mi’raj nabi Muhammad SAW
diperintahkan untuk ummatnya melaksanakan sholat 5 waktu dalam sehari semalam. Sholat adalah perintah wajib kedua dalam rukun
islam setelah membaca 2 kalimat syahadat. Siapa orang yang mengaku dalam
hatinya beriman maka harus melaksanakan perintah Allah SWT. Dalam perjalanan
Isra’ Mi’raj tersebut Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Allah tanpa dinding
penghalang. Sholat adalah satu-satunya perintah dimana Nabi Muhammad menghadap
langsung kepada Allah tanpa perantara Malaikat Jibril. Sholat tersebut
diibaratkan dengan mi’rajnya orang mukmin “Asshsolatu Mi’rajul Mu’minin”. Jadi sholat adalah sarana berkomunikasi
langsung antara Allah dengan hambanya.
Hatinya
(Muhammad) tak lupa dan tak tidur
Tapi
selalu mengabdi kepada Allah SWT
Jika
disakiti, beliau memaafi dan tak menaruh dendam
Jika
dimusuhi, diam tak menjawab
Dengan
kendaraan yang tak pernah dipakai oleh siapapun, sebelum dan sesudah
Bersama
rombongan malaikat yang derajatnya melebihi rombongan lainnya
Ketika
ia (Muhammad) naik ke Baitul Ma’mur
Semua
penghuni langit sholat di belakangnya
Dan
Engkau (Muhammad) menjadi imam mereka
Aku
(Allah) angkat Dia (Muhammad) pada martabat termulia
Karena
kemuliaanmu, Engkau diberangkatkan ke Sidratul Muntaha
Dan
sampai pada tempat kira-kira sedekat dua busur panah
Maka
Akulah (Allah) yang menghibur dan berbicara kepadanya
Seorang ahli
ibadah bernama Isam bin Yusuf, dia sangat warak dan sangat khusyuk sholatnya.
Namun dia selalu khuatir kalau-kalau ibadahnya kurang khusyuk dan selalu
bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih ibadahnya, demi untuk memperbaiki
dirinya yang selalu dirasakan kurang khusyuk.
Pada suatu
hari, Isam menghadiri majlis seorang abid bernama Hatim Al-Isam dan bertanya :
"Wahai Aba Abdurrahman, bagaimanakah caranya tuan solat?" Hatim
berkata : "Apabila masuk waktu solat aku berwudhu' zahir dan
batin."
Isam
bertanya, "Bagaimana wudhu' zahir dan batin itu?" Hatim berkata,
"Wudhu' zahir sebagaimana biasa, iaitu membasuh semua anggota wudhu'
dengan air. Sementara wudhu' batin ialah membasuh anggota dengan tujuh perkara
:
1.
Bertaubat
2.
Menyesali dosa yang dilakukan
3.
Tidak tergila-gilakan dunia
4.
Tidak mencari / mengharap pujian orang (riya')
5.
Tinggalkan sifat berbangga
6.
Tinggalkan sifat khianat dan menipu
7.
Meninggalkan sifat dengki
Seterusnya
Hatim berkata, "Kemudian aku pergi ke masjid, aku kemaskan semua anggotaku
dan menghadap kiblat. Aku berdiri dengan penuh kewaspadaan dan aku bayangkan Allah
SWT. ada di hadapanku, syurga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku,
malaikat maut berada di belakangku, dan aku bayangkan pula bahawa aku
seolah-olah berdiri di atas titian 'Sirratul Mustaqim' dan aku menganggap bahwa
sholatku kali ini adalah solat terakhirku, kemudian aku berniat dan
bertakbir dengan baik.
Setiap bacaan
dan doa dalam solat kufaham maknanya, kemudian aku ruku' dan sujud dengan
tawadhu', aku bertasyahhud dengan penuh pengharapan dan aku memberi salam
dengan ikhlas. Beginilah aku bersolat selama 30 tahun." Apabila Isam
mendengar, menangislah dia kerana membayangkan ibadahnya yang kurang baik bila
dibandingkan dengan Hatim.
Semoga kita
selalu senantiasa memperbaiki sholat kita. Apabila kita sudah memperbaiki
sholat kita, maka insyaallah akhlak kita juga akan diperbaiki oleh Allah. Semoga
kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan kita selalu dalam lindungan
Allah. Amin.