
Jum’at yang mengharukan
Jum’at 13 April 2012, setelah selesai sholat jum’at saya mendengarkan music di kamarnya teman. Tiba-tiba teman ngajak ke kamar tapi saya agak sungkan yang mau ke kamar karena saya sudah duduk enak di tempat, saya tiba-tiba ingat kata-kata “kita harus mementingkan kepentingan orang lain” ya saya ke kamar saya bareng teman saya dan ternyata di depan kamar ada mama sama ayah yang pergi ke pondok untuk melihat keadaan saya. Orang tua saya kebingungan karena saya tidak ada di kamar waktu itu dan Alhamdulillah berkat teman yang mengajak pergi ke kamar akhirnya saya bisa bertemu dengan orang tua saya.
Pada hari itu saya terharu karena mama untuk pertama kali mengirim saya ke pondok. Saya kangen sekali sama orang tua saya karena tidak bertemu dan ketika bertemu saya ingin lebih sopan dari pada dulu waktu masih belum mondok. Saya ingat ketika saya banyak menyusahkan orang tua, pernah melawan, pernah minta sepeda dan pokoknya ingat semua dosa-dosa saya sama orang tua. Saya tidak tau terima kasih karena mereka telah merawat saya sejak dalam kandungan hingga dewasa kini. Saya juga teringat waktu SMA setiap berangkat sekolah saya pasti cium pipi kanan-kiri mama dan ketika orang tua datang ke pondok saya minta maaf dan saya serasa mau keluar air mata (cowok gpp cengeng). Betapa banyak pengorbanan orang tua ketika hamil apalagi ketika mama melahirkan.
Setalah kami agak lama ngobrol menanyakan tentang keadaan rumah akhirnya ayah dan mama ingin pamitan untuk pulang. Ketika ayah bilang mau pulang hati saya mau menangis karena saya akan berpisah dengan orang tua, apalagi mama kayaknya mau ngluarin air matanya. Setah itu saya kembali meminta ma’af dan memohon do’a barokah dari kedua orang tua, tak lupa saya cium pipi kanan-kiri mama. Seketika itu saya melihat sedikit air mata yang menghiasi pipi mama, dan orang tua pun pamit untuk pulang seraya senyum dan saya pun membalas senyum mereka. Terima kasih ya Allah telah memberi nikmat yang tak terhingga bagi kami dan semoga saya bisa membahagiakan kedua orang tua. Amin.
Rindu dan Cinta
Rindu dan cinta bak dua hal yang tak bisa dipisahkan. Ibu telah menunjukkan cinta kasihnya sejak ada dalam kandungan hingga dewasa. Kasih sayang yang diberikannya tidak pernah lekang oleh waktu. Pengorbanan cinta kasih yang dicurahkan seorang ibu kepada anaknya tidak akan pernah bisa terbalas. Kebersamaan dengan orang tua adalah masa-masa yang membahagiakan, meskipun sesekali ada konflik kecil namun itu semua hanyalah bumbu yang menambah cita rasa kehidupan. Cinta kasih yang terpancar dari sosok ibu mencerminkan sebuah tanggung jawab bahwa setiap manusia harus saling mencintai.
Lantas, dengan cara bagaimanakah harus membalas cinta dan kasih sayang yang diberikan orang tua ? Sebuah pertanyaan yang sulit dan njlimet untuk dijawab. Namun, ketulusan dan keihklasan cinta orang tua tidak mengharapkan balasan. Orang tua hanya ingin melihat, mendengar dan merasakan bahwa anaknya berhasil meraih ilmu yang diridhoi oleh Allah. Betapa sangat bahagia dan bangganya bila orang tua melihat anak-anaknya berhasil dan sukses. Orang tua akan tersenyum bahagia dan bersyukur pada-Nya. Sebagai seorang anak, saya sangat merasakan kasih sayang yang diberikan orang tua sampai-sampai saya tidak mampu menyebutkan satu per satu apa saja yang diberikan olehnya mulai saat saya berada dalam kandungan hinga besar seperti sekarang ini.
Apa yang dikerjakan kedua orang tua tidak hanya menjadi teladan bagi saya saja, namun akan menjadi teladan lintas generasi nantinya. Prestasi dan kerja keras yang ditunjukkan oleh orang tua semestinya menginspirasiku dan pasanganku nanti dalam mendidik anan-anak kami. Secara pribadi, saya akan selalu mendo’akan kedua orang tua semoga selalu diberikan kesehatan, hidup yang barokah dan selalu bersyukur atas apa yang diberikan oleh Allah.